Perusahaan yang bergerak di bidang apapun, baik itu perusahaan jasa maupun produksi barang selalu membutuhkan modal kerja untuk membiayai kegiatan usahanya.
Masalah modal kerja dalam perusahaan sangatlah penting, alasannya karena tanpa adanya modal kerja dalam perusahaan maka sejumlah aktivitas tidak akan terlaksana sesuai dengan yang diharapkan. Dengan pentingnya modal kerja maka perlu adanya suatu kebijakan modal kerja.
Kebijakan Modal Kerja
Secara umum, dibutuhkan modal kerja yang teratur dan permanen untuk menjalankan perusahaan. Oleh sebab itu, seorang pimpinan harus menyediakan modal kerja yang cukup ketika aktivitas perusahaan meningkat dan sekaligus dapat mengatasi agar terjadi kelebihan modal kerja dalam bentuk cash pada saat aktivitas perusahaan sedang menurun.
Kebijakan modal kerja merupakan strategi yang diterapkan oleh perusahaan dalam rangka memenuhi kebutuhan modal kerja dengan berbagai alternatif sumber dana. Sumber dana untuk memenuhi modal kerja bisa dipilih dari sumber dana jangka panjang atau jangka pendek.
Menurut Martono dan Agus (2005: 76) menyatakan bahwa pada dasarnya terdapat tiga pilihan kebijakan bagi manajemen, yaitu:
- Kebijakan Modal Kerja Konservatif. Merupakan manajemen modal kerja yang dilakukan secara hati-hati. Pada kebijakan modal kerja ini, modal kerja permanen dan sebagian modal kerja variable yang dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang. Sedangkan sebagian modal kerja variable lainnya dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek.
- Kebijakan Modal Kerja Moderat. Yaitu kebijakan ini berupa aktiva yang bersifat tetap dan modal kerja permanen dibiayai oleh sumber dana jangka panjang. Sedangkan modal kerja variable dibiayai oleh sumber dana jangka pendek.
- Kebijakan Modal Kerja Agresik. Yaitu kebijakan ini sebagian modal kerja permanen dibiayai oleh sumber dana jangka panjang. Sedangkan sebagian modal kerja permanen dan modal kerja variable dibiayai oleh sumber dana jangka pendek
Sumber Modal Kerja
Pada dasarnya, modal kerja itu terdiri dari dua bagian pokok, yaitu:
- Bagian tetap atau bagian yang permanen yaitu jumlah minimum yang harus tersedia agar perusahaan dapat berjalan lancar tanpa ada kesulitan keuangan
- Jumlah modal kerja yang variable yang jumlahnya tergantung pada aktivitas musiman dan kebutuhan-kebutuhan diluar aktivitas yang biasa
Kebutuhan modal kerja yang permanen seharusnya atau sebaiknya dibiayai oleh pemilik perusahaan atau para pemegang saham. Semakin besar modal kerja yang dibiayai atau yang berasal dari investasi pemilik perusahaan, akan semakin baik bagi perusahaan tersebut karena akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh kredit dan semakin besar jaminan kreditur jangka pendek.
Pemakaian atau penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Tetapi, menggunakan aktiva lancar tidak selalu diikuti dengan berubahnya atau turunnya jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan.
Djarwanto (2001) mengemukakan bahwa pada umumnya modal kerja suatu perusahaan berasal dari berbagai sumber yaitu:
a. Hasil Operasional Perusahaan
Modal kerja perusahaan yang berasal dari hasil operasional perusahaan dapat dihitung dengan menganalisa laporan penghitungan laba-rugi perusahaan. Dengan adanya keuntungan atau laba dari usaha perusahaan dan apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik perusahaan maka laba tersebut akan menambah modal perusahaan yang bersangkutan.
b. Keuntungan dari Penjualan Surat Berharga (Investasi Jangka Pendek)
Surat-surat berharga merupakan salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga menjadi uang kas.
Keuntungan yang diperoleh dari penjualan surat berharga ini merupakan suatu sumber bertambahnya modal kerja, sebaliknya apabila terjadi kerugian maka modal kerja akan berkurang.
c. Penjualan Aktiva Tetap, Investasi Jangka Panjang dan Aktiva Tidak Lancar
Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya, yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja.
d. Penjualan Saham atau Obligasi
Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya atau dengan menerbitkan obligasi
e. Dana Pinjaman dari Bank dan Pinjaman Jangka Pendek Lainnya
Pinjaman jangka pendek (seperti kredit bank) bagi beberapa perusahaan merupakan sumber penting dari aktiva lancarnya, terutama sebagai tambahan modal kerja yang diperlukan untuk membelanjai kebutuhan modal kerja musiman, siklis, keadaan darurat, atau kebutuhan jangka pendek lainnya
f. Kredit dari Supplier
Salah satu sumber modal kerja adalah kredit yang diberikan supplier. Material, barang-barang dan jasa bisa dibeli secara kredit. Apabila perusahaan kemudian dapat mengusahakan menjual barang dan menarik pembayaran piutang sebelum waktu hutang harus dilunasi, perusahaan hanya memerlukan modal kerja yang kecil.
Kebijakan modal kerja dihubungkan dengan jangka waktu pinjaman dan tingkat bunga; semakin panjang umur pinjaman maka makin tinggi tingkat bunganya. Pinjaman jangka panjang untuk modal kerja, pihak yang meminjam harus membayar bunga yang lebih besar daripada pinjaman jangka pendek. Karena masa mendatang adalah penuh ketidakpastian sehingga pihak yang memberi pinjaman memperhitungkan risiko ketidakpastian tersebut.