Perusahaan yang bergerak di bidang apapun, baik itu perusahaan jasa maupun produksi barang selalu membutuhkan modal kerja untuk membiayai kegiatan usahanya.
Masalah modal kerja dalam perusahaan sangatlah penting, alasannya karena tanpa adanya modal kerja dalam perusahaan maka sejumlah aktivitas tidak akan terlaksana sesuai dengan yang diharapkan. Dengan pentingnya modal kerja maka perlu adanya kebijakan modal kerja.
Sumber Modal Kerja
Pada dasarnya, modal kerja itu terdiri dari dua bagian pokok, yaitu:
- Bagian tetap atau bagian yang permanen yaitu jumlah minimum yang harus tersedia agar perusahaan dapat berjalan lancar tanpa ada kesulitan keuangan
- Jumlah modal kerja yang variable yang jumlahnya tergantung pada aktivitas musiman dan kebutuhan-kebutuhan diluar aktivitas yang biasa
Kebutuhan modal kerja yang permanen seharusnya atau sebaiknya dibiayai oleh pemilik perusahaan atau para pemegang saham. Semakin besar modal kerja yang dibiayai atau yang berasal dari investasi pemilik perusahaan, akan semakin baik bagi perusahaan tersebut karena akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh kredit dan semakin besar jaminan kreditur jangka pendek.
Munawir (2004:120) menyatakan bahwa pada umumnya modal kerja pada perusahaan dapat berasal dari:
1. Hasil Operasional Perusahaan
Hasil operasional perusahaan adalah jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasional perusahaan. Modal kerja perusahaan yang berasal dari hasil operasional perusahaan dapat dihitung dengan menganalisa laporan perhitungan laba rugi perusahaan. Dengan adanya keuntungan atau laba dari usaha perusahaan dan apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik perusahaan maka laba tersebut akan menambah modal perusahaan yang bersangkutan.
2. Keuntungan dari Penjualan Surat-surat Berharga (investasi jangka pendek)
Adalah salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu bentuk surat berharga. Ini merupakan suatu sumber tambahan modal kerja, sebaliknya apabila terjadi kerugian maka modal kerja akan berkurang.
3. Penjualan Aktiva Tidak Lancar
Penjualan aktiva tidak lancar adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau piutang menyebabkan bertambahnya modal kerja
4. Penjualan Saham atau Obligasi
Perusahaan dapat mengeluarkan obligasi atau bentuk jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan modal kerja. Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada pemilik perusahaan untuk menambah modalnya atau dengan menerbitkan obligasi
5. Dana Pinjaman dari Bank dan Pinjaman Jangka Pendek Lainnya
Pinjaman jangka pendek (seperti kredit bank) bagi beberapa perusahaan merupakan sumber penting dari aktiva lancarnya, terutama sebagai tambahan modal kerja musiman, silkus, keadaan darurat atau kebutuhan jangka pendek lainnya
6. Kredit dari Supplier
Kredit dari supplier adalah salah satu sumber modal kerja berupa kredit yang diberikan supplier. Material, barang-barang dan jasa bisa dibeli secara kredit. Apabila perusahaan kemudian dapat mengusahakan menjual barang dan menarik pembayaran piutang sebelum waktu hutang harus dilunasi, perusahaan hanya memerlukan modal kerja yang kecil.
Penggunaan Modal Kerja
Pemakaian atau penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Tetapi, menggunakan aktiva lancar tidak selalu diikuti dengan berubahnya atau turunnya jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan.
Misalnya, penggunaan aktiva lancar untuk melunasi utang lancar, maka penggunaan aktiva lancar ini tidak mengakibatkan penurunan jumlah modal kerja. Karena, penurunan aktiva lancar tersebut diimbangi dengan penurunan utang lancar dalam jumlah yang sama.
Kasmir (2011: 259) menyatakan bahwa secara umum penggunaan modal kerja bisa dilakukan perusahaan untuk:
- Pengeluaran untuk gaji, upah dan biaya operasional lainnya
- Pengeluaran untuk membeli bahan baku atau barang dagangan
- Menutupi kerugian akibat penjualan surat berharga
- Pembentukan dana
- Pembelian aktiva tetap
- Pembayaran jangka panjang
- Pembelian atau penarikan kembali saham beredar
- Pengambilan uang atau barang untuk kepentingan pribadi