Perusahaan yang bergerak di bidang apapun, baik itu perusahaan jasa maupun produksi barang selalu membutuhkan modal kerja untuk membiayai kegiatan usahanya.
Masalah modal kerja dalam perusahaan sangatlah penting, alasannya karena tanpa adanya modal kerja dalam perusahaan maka sejumlah aktivitas tidak akan terlaksana sesuai dengan yang diharapkan. Dengan pentingnya modal kerja maka perlu adanya kebijakan modal kerja.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Modal Kerja
Kasmir (2011:254) menyatakan bahwa modal kerja yang dibutuhkan perusahaan harus segera terpenuhi sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Namun, terkadang untuk memenuhi modal kerja seperti yang diinginkan tidaklah selalu tersedia.
Hal ini disebabkan karena terpenuhi tidaknya kebutuhan modal kerja sangat tergantung pada berbagai faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, pihak manajemen dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan terutama kebijakan dalam pemenuhan modal kerja harus selalu memperhatikan faktor-faktor tersebut.
Kasmir (2011:254) menyatakan adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi modal kerja, yaitu:
1. Jenis Perusahaan
Adapun jenis perusahaan meliputi dua macam, yaitu perusahaan yang bergerak dibidang jasa (layanan) dan bidang industri. Kebutuhan modal dalam perusahaan industri lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan jasa. Oleh karena itu, jenis kegiatan perusahaan sangat menentukan kebutuhan modal kerja.
2. Syarat Kredit
Adalah kredit atau penjualan yang pembayarannya dilakukan dengan cara angsuran, juga sangat mempengaruhi modal kerja. Untuk meningkatkan penjualan, bisa dilakukan dengan berbagai cara dan salah satunya dengan penjualan kredit.
3. Waktu Produksi
Jangka waktu atau lamanya memproduksi suatu barang. Makin lama waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu barang, maka akan semakin besar modal kerja yang dibutuhkan
4. Tingkat Perputaran Persediaan
Semakin rendah tingkat perputaran persediaan, kebutuhan akan modal kerja semakin tinggi, demikian pula sebaliknya. Dengan demikian, dibutuhkan perputaran persediaan yang cukup tinggi agar memperkecil resiko kerugian akibat penurunan harga serta mampu menghemat biaya penyimpanan dan pemeliharaan persediaan.