fbpx

Membangun Budaya Inovasi

Dunia yang sarat turbulensi dan disrupsi menantang perusahaan maupun organisasi sekarang ini menjadi gesit atau agile dalam berinovasi. Tak sekadar melahirkan produk maupun layanan baru dan outstanding, inovasi tersebut harus menjadi budaya perusahaan untuk menghadapi tantangan baru ke depan.

Membangun Inovasi

Inovasi menjadi keharusan bagi sebuah perusahaan (baik perusahaan baru ataupun berkembang) agar eksis di masa sekarang dan masa-masa berikutnya. Membangun budaya inovasi membutuhkan banyak hal, dari ide-ide kreatif, investasi, sumber daya, alat ukur, hingga kepemimpinan. Dan, modal awal yang harus dimiliki adalah mindset inovatif

Inovasi oleh perusahaan-perusahaan dilakukan untuk menjaga sustainability bisnis di era sekarang dan masa mendatang. Inovasi pada dasarnya ialah cara terbaik perusahaan menyesuaikan diri dengan kondisi zaman, khususnya zaman yang semakin kompleks dengan ditandai oleh perkembangan teknologi.

Teknologi ini yang menjadi pemicu perubahan pada perilaku konsumen, peta persaingan, kondisi pasar dan sebagainya. Kutipan legendaris Peter Drucker (1909-2005), Bapak Manajemen Modern, yang berbunyi: “Innovate or Die” masih sangat relevan untuk konteks sekarang.

Innovate or Die

Inovasi ini tidak hanya berlaku bagi perusahaan-perusahaan besar, namun berlaku pula untuk semua perusahaan dan organisasi dalam berbagai skala. Mengingat pentingnya inovasi di masa disrupsi seperti sekarang dan diwarnai oleh pandemi Covid-19 sebelumnya, adalah penting untuk membangun kultur inovasi dalam sebuah perusahaan.

Elemen dalam Membangun Budaya Inovasi

Ada tujuh elemen dalam membangun kultur inovasi. Yaitu: eksplorasi ide kreatif untuk inovasi, tujuan inovasi, perlunya investasi, organisasi dan sumber daya, tolok ukur keberhasilan, kepemimpinan inovatif dan kolaborasi.

1. Eksplorasi Ide Kreatif

Eksplorasi ide-ide kreatif menjadi langkah awal proses inovasi. Pada tahap ini, perusahaan atau organisasi membuka ruang lebar-lebar bagi munculnya ide-ide kreatif. Tentunya, untuk mendukung keluarnya ide-ide kreatif tersebut, dibutuhkan suasana tertentu bagi semua tim dalam perusahaan.

Pada tahap kreatifitas, perusahaan ditantang untuk melakukan eksplorasi ide-ide inovasi sebebas mungkin. Sumber daya yang ada dipikirkan tentang ide-ide inovasi yang lalu dituangkan dalam konsep RARE (Raise, Add, Reduce, dan Eliminate).

  • Raise merujuk pada upaya berinovasi dengan mengembangkan hal-hal yang sudah ada
  • Add merujuk pada upaya memproduksi hal baru
  • Reduce mengacu pada pemilihan proses dan sumber daya dengan teknologi
  • Eliminate mengacu pada penyisihan hal yang tidak diperlukan

Kemudian, perusahaan menentukan skala prioritas atas ide-ide tersebut. Khususnya menentukan mana yang utama sesuai dengan kebutuhan serta yang berdampak paling besar.

2. Tujuan Inovasi

Elemen berikutnya dalam membangun budaya inovasi ialah memiliki inovasi tersebut harus memiliki suatu tujuan. Inovasi harus memilik tujuan yang jelas. Tanpa arah yang pasti, inovasi tidak bisa maksimal. Tujuan inovasi ini bisa beragam, dari pengembangan marjin perusahaan, mendongrak penjualan, membangun pengalaman baru konsumen, mengefektifkan proses bisnis, dan sebagainya.

Tujuan ini bisa dibingkai dalam tiga peran utama:

  • Problem solving. Membantu memecahkan suatu masalah perusahaan atau organisasi
  • Market Winning. Berusaha memenangkan persaingan pasar sesuai kondisi saat ini
  • Value Creating. Menciptakan suatu nilai tambah bagi perusahaan sehingga konsumen lebih memilih bisnis Anda

3. Perlunya Investasi (Modal)

Perusahaan harus berinvestasi atau memiliki modal untuk menjalankan seluruh proses inovasinya.

Perusahaan yang serius dengan inovasi pasti mengalokasikan modal atau budget khusus. Mungkin pada tahap awal, budget itu nampak sebagai cost. Namun, sejatinya itu adalah investasi untuk masa depan perusahaan. Investasi bisa berupa infrastruktur maupun pengembangan teknologi seperti perancangan situs website

 4. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia

Elemen penting berikutnya dalam membangun budaya inovasi ialah struktur organisasi dan sumber daya manusia.  Tentunya, pengembangan inovasi bisa berjalan bila seluruh elemen perusahaan, termasuk sumber daya manusia memiliki grow mindset.

Berbeda dengan fixed mindset yang melihat pengembangan inovasi dalam pengembangan perusahaan sebagai hambatan, grow mindset memandang pengembangan inovasi dalam dalam kesulitan pengembangan perusahaan sebagai hal penting untuk kelangsungan hidup perusahaan.

Pada tahap ini, inovasi tidak sekadar soal teknologi, namun juga mindset (pola pikir) orang-orang dalam perusahaan untuk menjalankan dan mengembangkan bisnis mereka.

5. Tolok Ukur Keberhasilan

Pengembangan bisnis suatu perusahaan dalam menghadapi perubahan gejolak ekonomi saat ini ialah sangat penting.

Oleh karena, perusahaan yang tidak mengambil langkah dalam pengembangan inovasi akan menghadapi kesulitan memanage perusahaan.Hal buruk lainnya ialah apabila perusahaan memiliki banyak utang sehingga pembayaran tersendat yang bisa mengakibatkan kebangkrutan bisnis suatu perusahaan.

Inovasi yang bagus membutuhkan tolok ukur keberhasilan. Artinya, ada alat ukur berupa Key Performance Indicators (KPI) untuk mengawal proses inovasi.

Dengan ini, perusahaan bisa mengukur apakah inovasi sudah berjalan menuju arah yang benar atau tidak. Return of Investment (ROI) juga bisa menjadi patokan agar inovasi bukan sekadar mengeluarkan uang perusahaan, melainkan diharapkan memberi hasil yang konkret dengan pengembangan perusahaan secara bertahap dari waktu ke waktu

6. Kepemimpinan

Elemen berikutnya yang tidak boleh dilupakan adalah kepemimpinan. Kunci utama dalam membangun budaya inovasi ada dalam diri pemimpin suatu perusahaan atau organisasi. Karena suatu pengembangan inovasi membutuhkan leadership yang kuat, memanage proses pengembangan, berani mengambil resiko (entrepreneurial leadership), sekaligus memiliki cara pandang yang inovatif dan berorientasi pada pengembangan perusahaan secara bertahap dari waktu ke waktu.

Proses inovasi bisa berjalan baik, bila dikawal dengan kepemimpinan kuat dan visioner. Mengakomodasi ide-ide dari keseluruhan ide-ide dan tidak mengesampingkan peran penting seluruh orang-orang yang berada dalam perusahaan tersebut.

7. Kolaborasi

Seperti halnya manusia sebagai makhluk sosial. Semua perusahaan masih membutuhkan kehadiran suatu hal dalam perusahaan mereka. Apakah itu sumber daya manusia yaitu keseluruhan karyawan atau pegawai dalam perusahaan, ataukah menjalin kerjasama dengan pihak lain dalam pengembangan bisnis perusahaan.

Kolaborasi (kerja sama) ini bisa diwujudkan minimal tiga bentuk:

  • Kolaborasi dengan konsumen (co-creation)
  • Kolaborasi antar perusahaan maupun antar merek (co-branding)
  • Kolaborasi dengan pesaing (co-opetition)

Kolaborasi saat ini cukup lumrah karena memungkinkan perusahaan bisa menggabungkan kapabilitas berbeda yang dimiliki pihak lain untuk melakukan inovasi bersama. Misalnya, dalam pembuatan perancangan situs website, perusahaan perlu berkolaborasi dengan web desainer dalam menyusun ide rancangan situs web untuk pengembangan perusahaan secara bertahap dari waktu ke waktu.

Perancang Website - Desainer Developer Situs Web

M.Rusdi

M. Rusdi. Pemilik situs Rusdi.Website. Founder dan Perancang Situs Web (Web Designer) Lokal Web Designer di Kota Makassar. Terima kasih telah berkunjung ke website kami. Semoga Anda mendapatkan informasi yang Anda cari. Salam hangat dari Kota Makassar.

Kembali ke atas

You cannot copy content of this page