Resesi adalah istilah ekonomi makro yang mengacu pada penurunan signifikan dalam aktivitas ekonomi umum di suatu wilayah tertentu. Ini biasanya diakui sebagai penurunan ekonomi dua kuartal berturut-turut, sebagaimana tercermin oleh Produk Domestik Bruto (PDB) sehubungan dengan indikator bulanan seperti kenaikan angka pengangguran.
Pengertian Resesi
Resesi adalah periode perekonomian saat pendapatan, produksi, dan pekerjaan menurun sehingga turut menurunkan permintaan barang dan jasa.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pengertian resesi ialah menurunnya perekonomian negara ditandai dengan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) negatif, peningkatan angka pengangguran, hingga nilai pertumbuhan ekonomi riil negatif dalam 2 kuartal berturut-turut.
Apa Penyebab Resesi?
Banyak teori ekonomi mencoba menjelaskan mengapa dan bagaimana ekonomi bisa jatuh dari tren pertumbuhan jangka panjangnya dan memasuki periode resesi sementara. Teori-teori ini secara luas dapat dikategorikan berdasarkan faktor ekonomi riil, faktor keuangan, atau faktor psikologis, dengan beberapa teori yang menjembatani kesenjangan tersebut.
Beberapa ekonom percaya bahwa perubahan nyata dan pergeseran struktural dalam industri paling menjelaskan kapan dan bagaimana resesi ekonomi terjadi. Misalnya, kenaikan harga minyak yang tiba-tiba dan berkelanjutan akibat krisis geopolitik. Hal ini terjadi dapat secara bersamaan meningkatkan biaya di banyak industri atau teknologi baru yang revolusioner mungkin dengan cepat membuat seluruh industri menjadi usang, dalam kedua kasus tersebut memicu resesi yang meluas.
Penyebaran epidemi COVID-19 dan kebijakan lockdown berdampak pada perekonomian tahun 2020 adalah contoh dari jenis guncangan ekonomi yang dapat memicu resesi. Mungkin juga terjadi bahwa tren ekonomi bawahan lainnya sedang bekerja mengarah ke resesi, dan guncangan ekonomi hanya memicu titik kritis menuju penurunan.
Dampak Resesi
Resesi terlihat dalam produksi industri, lapangan kerja, pendapatan riil, dan perdagangan grosir-eceran. Berikut ini ialah beberapa dampak resesi yang bisa kita perhatikan:
- Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terjadi di berbagai perusahaan, termasuk penutupan usaha atau penghentian operasi perusahaan, karena ekonomi melambat sehingga sektor riil menahan kapasitas produksinya.
- Investor cenderung menempatkan dananya pada bentuk investasi yang aman karena kinerja instrumen investasi menurun.
- Daya beli masyarakat menurun karena warga akan lebih mencermati penggunaan uang dengan fokus pada pemenuhan kebutuhan hidup terlebih dahulu di tengah ekonomi yang sulit.
Kiat Menghadapi Resesi
Untuk menghadapi resesi, butuh strategi pemasaran seperti meningkatkan produk yang sudah ada, memperkenalkan produk baru, mempertahankan dan memperluas pelayanan konsumen, mendorong penekanan pada produk unggulan, dan menonjolkan nilai produk, seperti dikutip dari Dasar-dasar Pemasaran oleh Juliana, SE MM dkk.
Sementara itu bagi masyarakat, berikut ini ialah kiat menghadapi resesi:
- Kurangi utang, segera lunasi, atau ajukan restrukturisasi pada lembaga jasa keuangan terkait,
- Jangan menambah beban pengeluaran seperti utang untuk mengantisipasi kondisi keuangan saat resesi ekonomi terjadi.
- Dana 20 persen yang digunakan untuk investasi dapat dialokasikan untuk dana darurat pada instrumen likuid.
- Persiapkan dana darurat, makin besar proporsinya, makin siap untuk mengantisipasi kebutuhan di saat resesi, terutama jika terkena PHK atau perusahaan tutup.
- Atur ulang portofolio investasi ke bentuk yang lebih aman, misalnya emas.
- Lakukan konsumsi seperti biasa karena bisa bantu ekonomi tetap tumbuh, di samping menyisihkan uang untuk kebutuhan, asuransi kesehatan, tabungan, dan investasi.
- Memanfaatkan peluang usaha kecil yang dapat menopang kebutuhan keluarga atau menjadi tambahan penghasilan.
OJK menegaskan, resesi adalah bagian dari siklus ekonomi yang dapat dilalui dengan pemulihan. Karena itu, pemerintah dan masyarakat dapat menerapkan kiat menghadapinya.